Diana Purwati Beberkan Trik Lolos Beasiswa Australia

Dompu, Pusakapublik.com.- Kuliah ke luar negeri dengan fasilitas beasiswa seharusnya menjadi impian banyak mahasiswa karena ada begitu banyak manfaat yang diperoleh. Selain  menempuh pendidikan secara gratis, berkenalan dengan orang baru maupun budaya berbeda juga berkesempatan menikmati jalan-jalan.

“Berkat beasiswa saya bahkan bisa mengajak ibu saya jalan-jalan ke tiga negara,” ujar Diana Purwati M.Ed TESSOL, saat berbicara di hadapan peserta English Camp  Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Pendidikan Bahasa Inggris STKIP Yapis Dompu, di Pantai Lakey, Hu’u, Sabtu (15/10).

Karena itu, kata dia, calon pelamar beasiswa  harus banyak berjejaring  dan berteman dengan orang lain serta  menyatukan visi sehingga bisa banyak berkontribusi bagi Tanah Air.

Dosen STKIP Yapis ini memaparkan, selama menempuh pendidikan S-2 nya di Australia ia mengaku belajar banyak hal mulai dari sistem pendidikan negeri kangguru itu hingga hal-hal kecil seperti layanan peminjaman buku berbasis teknologi hingga budaya yang berbeda.

Di luar negeri, kata dia, karena mahasiswanya berasal dari berbagai negara dan budaya berbeda maka jangan menanyakan hal-hal pribadi kepada orang lain. “Misalnya status pernikahan atau apakah kamu sudah hamil, sebab itu menyangkut privasi,” katanya menyontohkan.

Tampak sejumlah peserta English Camp  Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Pendidikan Bahasa Inggris STKIP Yapis Dompu menyimak Materi di Pantai Lakey, Hu’u, Sabtu (15/10)

Pemilik D’ELC Dompu ini menjelaskan, temannya asal Vietnam sempat membuat tersinggung teman dari Inggris karena menanyakan hal pribadi semacam itu. Menjawab pertanyaan, apakah sistem pendidikan di Australia dapat diterapkan di Indonesia, Diana menyatakan bisa saja tetapi butuh waktu.

“Sebab pendidikan di Australia itu berbasis pendidikan kritis dan sudah total mandiri mahasiswanya, sedangkan di Indonesia situasinya berbeda,”tukasnya sambil menambahkan pola tersebut sudah berlangsung lama bahkan dibiasakan sejak kecil. 

Diana menjelaskan ada beberapa hal yang harus disiapkan agar bisa lolos beasiswa AAS (Australian Award Scholarship) seperti yang pernah diperoleh dirinya. Pertama, kata dia, perbaiki prestasi akademik seperti IPK (Indeks Prestasi Kumulatif).

Kedua, bergabung dengan organisasi  untuk melatih kemampuan kepemimpinan dan memecahkan masalah, sebab pemberi beasiswa tidak hanya melihat prestasi akademik tapi juga keterlibatan di organisasi.

“Jangan jadi mahasiswa kupu-kupu alias kuliah pulang,” pesannya sambil mengingatkan keterlibatan di organisasi juga tidak boleh mengorbankan kuliah.

Ketiga, kata peraih salah satu beasiswa bergengsi di dunia ini, jangan sepelekan kegiatan-kegiatan  kesukarelaan untuk melatih kepekaan membantu orang lain.

“Saya sendiri seorang relawan, tetapi juga harus realistis. Artinya gak boleh juga mengorbankan kuliah anda,” paparnya. Keempat, “rajin-rajinlah  mengikuti lomba untuk mempercantik CV (riwayat hidup, red) anda, bukan semata untuk mendapatkan juara,” pesannya.

Calon pelamar beasiswa  harus membuat riwayat hidup  sebagus mungkin dan hal tersebut tidak dapat dilakukan dalam semalam. Kelima, berkumpul dengan orang satu frekeunsi. Diana mengingatkan lingkungan sangat berpengaruh terhadap impian seseorang.

“Jangan menceritakan impian kita kepada orang yang tidak tepat karena justru kita jadi intimadtif. Ceritakan kepada orang-orang yang mendukung impian anda dan di sini pengaruh lingkungan dan orang-orang sekitar kita jadi penting,”paparnya.

Alumni Unisma Malang ini mengibaratkan meraih beasiswa itu seperti mimpi. “Dulu saya bermimpi untuk studi lanjut tapi saya tak izinkan orangtua membiayainya, apalagi ekonomi orangtua saya pas-pasan, Saya bertekad untuk meraih beasiswa,” beber Diana.

Dia bersyukur karena lebih dari 5000 pelamar beasiswa AAS, dirinya menjadi salah satu dari 200 awardee yang berhasil lolos. Keenam, rajin bersilaturrahim dengan dosen karena nanti pelamar akan diminta rekomendasi maupun feed back (umpan balik) dari dosen bersangkutan.

Tujuh, perbaiki kemampuan bahasa Inggris sebab TOEFL menjadi syarat beasiswa. “Tidak sekadar kemampuan bahasa Inggris umum. Karena itu saya mengapresiasi kegiatan English  Camp ini karena pesertanya tidak hanya dari Prodi Bahasa Inggris tapi juga Prodi lain.

Kalau  mahasiswa dari Prodi Bahasa Inggris bisa berbahasa Inggris itu sudah seharusnya. Tetapi kalau dari Prodi lain bisa berbahasa Inggris itu nilai tambah. Faktanya peraih beasiswa tidak selamanya dari Prodi Bahasa Inggris,” ungkap Diana.

Selain keperluan studi, kata dia, kemampuan bahasa Inggris juga juga membantu jika mengambil pilihan kerja paro waktu. “Di beberapa negara termasuk  di Australia juga tersedia visa work holiday yang bisa dimanfaatkan,” ujarnya.

Selebihnya, dia menambahkan, kemampuan bahasa Inggris juga bisa digunakan untuk silaturrahim misalnya dengan mengundang teman dari negara lain untuk berkunjung ke Indonesia atau Dompu.   

Kegiatan English Camp berlangsung selama dua hari dan dibuka oleh Ketua Prodi Pendidikan Bahasa Inggris Nur Wahyuni MPd,  Kegiatan  ini diikuti 31 peserta yang berasal dari hampir semua Prodi di STKIP Yapis yakni  dari Prodi Pendidikan Bahasa Inggris, Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Pendidikan Teknologi Informasi. (10)

Dilihat sebanyak : 501 views