Bima, Pusakapublik.com, – Mahasiswa STKIP Yapis Rini Anggriani berhasil merebut medali perak dalam Kejuaraan Tae Kwondo Gubernur NTB Cup I Uti Pro Bima yang digelar di GOR Panda, Kabupaten Bima 15-16 Oktober 2022.
Gadis berusia 17 tahun ini mengalahkan rekan satu kontingen Dompu. Kejuaraan tersebut diikuti oleh seluruh kabupaten/kota se NTB. Meski begitu, kata Rini, Kota Bima dan Kabupaten Sumbawa tidak mengirimkan wakilnya. “Bali dan NTB juga sebenarnya diundang tapi tidak datang,” ujarnya saat ditemui media ini di kampus STKIP Yapis, Senin (17/10).
Rini mengaku tak menyangka bakal bertemu dengan teman sedaerah. “Bukan cuma satu daerah, kami bahkan satu Donjen,” ujarnya. Mahasiswa semester satu Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi ini menambahkan, mereka bahkan satu matras.
“Kalau latihan dia sering jemput saya, saat berangkat ke Bima kemarin pun kami duduk satu bis,” katanya menggambarkan kedekatan hubungan dengan lawan tandingnya. Meski begitu, kata Rini, dirinya tetap bertanding secara profesional hingga berhasil meraih medali perak.
Dia juga memperkirakan, jika saja kontingen Bali dan NTT ikut berpartisipasi dirinya kemungkinan hanya berada di posisi ketiga karena harus menghadapi lawan yang berat. Hebatnya lagi Rini berhasil meraih medali perak meski ini debut pertamanya di ajang kejuaraan Tae Kwondo.
Menjawab pertanyaan, Rini menargetkan dapat berkompetisi di level kejuaraan nasional, “Tetapi syaratnya saya harus mengikuti dan juara dulu tiga kali di tingkat di bawahnya baru bisa ikut kejuaraan nasional,” tuturnya.
Untuk itu dirinya akan lebih intens berlatih terutama mengatasi kelemahannya pada kekuatan pernafasan. “Saya harus kuat dulu di basic terutama pernafasan. Saya juga punya riwayat maag meski sekarang udah sembuh,” katanya.
Keberhasilan Rini meraih medali perak juga menyisakan cerita pilu. Saat berangkat ikut kejuaraan dia sedang mengalami demam sehingga ibunya melarang pergi. “Tapi saya tetap ngotot. Saya bilang ke mama, insyaAllah saya akan sembuh di tempat lomba,” ungkapnya. Ternyata perkiraan Rini benar. Meski jelang pertandingan badannya masih demam tapi begitu masuk arena pertandingan sakitnya mendadak hilang.
Cerita lainnya adalah soal kembarannya, Reni Maryani, yang juga atlet Tae Kwondo seperti dirinya. Semula, kata Rini, adiknya juga hendak ikut kejuaraan di Bima tersebut tapi ia memilih mengalah. Reni terpaksa mencari uang untuk biaya keberangkatan Rini.”Dia bekerja di pasar malam di Dena (Bima, red.) demi mencari uang buat saya agar bisa ikut lomba,” katanya menceritakan perjuangan adiknya yang juga satu kelas dengan dirinya di kampus.
Menyinggung hadiah yang diperolehnya, Rini menyatakan tidak mendapatkan hadiah uang tunai baik dari panitia maupun Pemda Dompu, kecuali sertifikat dan medali perak. Meski begitu dia mengaku tidak kecewa. “Gak apa-apa gak dapat uang, yang penting ada sertifikat dan medali ini. Kalau uang masih bisa dicari tapi ini (sertifikat dan medali, red) susah didapatkan,” ujarnya antusias.
Rini adalah adalah anak keempat dari enam bersaudara, sedangkan kedua orangtuanya berprofesi sebagai petani. Bersama keluarganya dia tinggal di desa Nowa Kecamatan Woja. Rini sendiri dan bersama adiknya berasal dari Donjen LAPAS Dompu. (10)