Dompu, PusakaPublik.Com. – Ketapel yang awalnya sebagai alat mainan kini dimodivasi sedemikian rupa untuk membunuh lawan. Perubahan mendasar ada pada peluru yang semula hanya batu kerikil kini menjadi anah panah yang terbuat dari besi yang ditajamkan khusus.
Dan generasi tempo dulu tak pernah membayangkan kalau Ketapel menjadi alat pembunuh generasi muda masa kini. Awal sejarahnya ketapel adalah mainan anak-anak yang terbuat dari sepotong kayu berbentuk huruf Y yang diikat dengan pentil yang dikaitkan dengan wadah sepotong kulit tempat kerikil sebagai pelurunya.
Ketapel ini hanya sebagai gaya-gayaan saja untuk menembak burung yang hinggap didahan kayu atau menghalau burung saat menunggu padi disawah. Kalaupun untuk menyakiti sesama manusia hanya alat panakut saja, kalaupun terpaksa dipakai hanya korbanya akan mengalami luka lecet tidak sampai parah apalagi menimbulan kematian.
Tetapi ketapel kini menjadi alat pembunuh bagi generasi jaman Now atau generasi Milenial. Contoh Kasus Sebanyak delapan remaja yang membawa senjata tajam dari anak panah hingga kapak diamankan Polres Dompu, Minggu (31/1/2021). Mereka diamankan di Perempatan Cakre, Kelurahan Kandai dua, Kecamatan Woja, Kabupaten Dompu.
Kedelapan remaja yang diamankan semuanya berdomisili di Kecamatan Woja yaitu WY (15), MW (13), AN (17), AB (18) berdomisili di Desa Wawonduru, kemudian IW (17), IF (15) berdomisili di Kelurahan Monta baru serta RF (15) berdomisili di Kelurahan Simpasai.
Selanjutnya Tgl 16 Agustus Tahun 2020 Lalu, di Lingkungan Doro To’i, Kelurahan Doro Tangga ditemukan sekumpulan anak muda yang nongkrong. Mereka dicurigai mabuk dan menggeledah badan.
Dari kantung celana salah satu pemuda, FR (22) ditemukan sebilah belati. Selanjutnya diperiksa jok motor dan ditemukan anak panah milik MH (24) dan FR. Ditemukan 10 anak panah dan dua ketapel.
Bahkan belum hilang ingatan kita Pada Februari 2019, Kasus pembunuhan berdarah ( Ketapel ) Salah Satu Adik kita Rusdianto Setiawan (17) warga RT/05 Dusun Wawo jaya Desa Nowa yang membawa luka yang mendalam bagi keluarganya dan Keenam Pelaku tersebut Rata-rata Masih Pelajar SLTA.
Kalau sebahagian besar anak memiliki, mengusai dan menggunakan alat ini tentu ini menjadi masalah bagi kita semua. Peran seluruh elemen masyarakat terutama orang tua tentu sangat diharapkan dalam memerangi kepelikan alat ini.
Kita tentu tidak ingin kejadian terbunuhnya anak SMA Rusdianto terulang kembali akibat dipanah oleh rekan seusianya. Mari kita jaga masing-masing anak kita agar tidak terjebak menjadi kanibal bagi sesamanya. ( Ardin ).